Ditulis oleh: Keanu Knoch
Tahun Rilis Film : 15 Agustus 2019
Rating usia : 17+
Genre : Drama
Rumah Produksi : Falcon Picture
Sutradara : Hanung Bramantyo
Pemeran : Iqbal Ramadhan, Mawar Eva de Jong, Sha Ine Febryanti, Ayu Laksmi, Donny Damara, Bryan Domani, Giorgino Abraham, Jerome Kurniawan
Durasi : 3 Jam 1 Menit
Pembuka
Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diangkat dari novel. Film ini menceritakan kisah pribumi di zaman kolonial dalam perjuangan cinta.
Sinopsis Film
Film ini diadaptasi dari novel yang menceritakan tentang kisah orang bernama Tirto yang dipanggil Minke. Film ini mengisahkan tentang Minke yang menjalin cinta pada seseorang di zaman kolonial. Tapi Minke dipandang rendah oleh beberapa orang karena dia pribumi. Mereka, Minke dan Annelies saling jatuh cinta, setelah Minke di ajak Robert Suurhof untuk bertemu Annelies di Boerderij Buitenzorg. Tapi banyak orang yang melarang mereka berdekatan. Salah satu yang tidak setuju adalah ayah Annelies (Herman Mellema) dan kakak Annelies (Robert Mellema). Banyak masalah yang terjadi sehingga hubungan Minke dengan Annelies banyak tantangan. Pertama hak asuh Nyai Ontosoroh atas Annelies hilang, tuduhan pembunuhan salah satu orang, dan juga pernikahan yang tidak sah menurut hukum zaman kolonial.
Ulasan Film
Film ini menurutku lumayan menarik untuk ditonton karena menggambarkan negara kita pada zaman kolonial. Akting dari pemeran nya juga sangat baik. Menurutku yang akting nya paling baik adalah Darsam. Di film itu Darsam digambarkan sebagai seorang pendekar dengan kumis tebal dan mengenakan baju berwarna hitam. Menurutku Darsam juga salah satu karakter yang baik karena selalu membela Nyai Ontosoroh.
Nyai Ontosoroh sendiri digambarkan sebagai sosok yang tegas dan berani. Berani karena dia membela pribumi dan berani melawan kolonial Belanda. Menurut saya saat Darsam dan Nyai Ontosoroh sedang melawan kolonial Belanda membuat penonton seperti turut berjuang dan jadi semangat.
Lalu selanjutnya ada Tirto atau di film dipanggil Minke. Minke memiliki arti yaitu monyet, dia mendapat nama itu saat dimarahi oleh guru nya di HBS. Minke digambarkan sebagai orang yang mengagumi kemajuan Eropa. Pengetahuannya juga luas, tapi karena dia pribumi jadi dianggap rendah. Adegan-adegan itu sangat menggambarkan realitas keadaan di zaman kolonial.Di film ini cara menyampaikan suasananya juga baik, contohnya di akhir film. Beberapa penonton ada yang sedih dan ada yang menangis karena dapat merasakan ekspresi dari film tersebut. Akting Annelies juga baik dan dialognya tidak terlalu berbeda jauh dari novelnya. Film ini sangat bagus untuk ditonton orang generasi sekarang. Selain menceritakan perjuangan Minke untuk Annelies yang bertema romantis, film ini juga menggambarkan suasana zaman kolonial. Di mana pribumi dianggap rendah oleh orang-orang dan sering dijadikan budak. Saat itu yang dapat hidup layak hanya yang memiliki gelar tinggi. Banyak juga yang menjadi pedagang agar bisa tetap hidup. Tapi walaupun sudah berlaku baik tetap saja diperlakukan tidak baik oleh kebanyakan orang.
Penutup/Simpulan
Alasan film ini sangat bagus untuk ditonton pemuda adalah agar mengetahui bagaimana keadaan negara ini pada penjajahan. Karena ada adegan yang menggambarkan situasi zaman kolonial, membuat film ini memiliki beberapa pelajaran yang dapat kita ambil.
Rating/nilai Film Secara Keseluruhan:
8/10
Comments